Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

Sirah Nabi: Bersikap Lemah Lembut

Allah ‘Azza wa Jalla telah menganugerahkan nikmat kepada umat manusia dengan diutusnya Nabi kita Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam . Beliau  shallallahu 'alayhi wasallam  adalah rahmat yang dihadiahkan untuk seluruh alam, membimbing manusia menuju jalan keberuntungan, tanpa menggunakan kekerasan atau kekasaran. Sebaliknya, beliau mengasihi mereka dan bersikap lemah lembut terhadap mereka. Di antara akhlak dan sifat beliau yang dikenal luas adalah kelembutan. Allah Ta'ala berfirman: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ "Maka berkat rahmat dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka akan menjauh dari sekitarmu." (Ali Imran: 159). As Sa'di rahimahullah berkata mengenai ayat ini: بِرَحْمَةِ اللَّهِ لَكَ وَلِأَصْحَابِكَ، مَنَّ اللَّهُ عَلَيْكَ أَنْ أَلَنْتَ لَهُمْ جَانِبَكَ، وَخَفَّضْتَ لَهُمْ جَنَاحَكَ، وَتَ...

Berserah Bukan Berputus Asa

Iman kepada takdir adalah salah satu rahasia kebahagiaan Iman kepada takdir merupakan salah satu dari enam rukun iman yang tidak sah iman seorang hamba tanpa meyakininya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Jibril 'alayhis salam yang terkenal, ketika beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam tentang iman, maka Beliau shallallahu 'alayhi wasallam  menjawab: أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره 'Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.' (HR. Muslim). Iman kepada takdir adalah keyakinan yang teguh bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah atas takdir Allah dan berdasarkan ilmu-Nya yang telah terdahulu, dan segala sesuatu terjadi atas kehendak, kebijaksanaan, dan keadilan-Nya, baik sesuatu itu dicintai dan diridhai oleh hamba, maupun sesuatu yang tidak disukainya dan terasa ber...

Fikih, Akidah: Bahaya Mengaburkan Batas Keduanya

Dalam pengajian, seringkali Kami mengingatkan jamaah bahwa perbedaan pendapat dalam fikih adalah hal yang wajar. Fikih dibangun di atas dalil-dalil yang bersifat zhanni (tentatif) dan memberi ruang untuk ijtihad. Karena itu, kita perlu menghindari sikap saling bersikeras atau merasa paling benar. Imam Syafi‘i pernah berkata:  رأيي صواب يحتمل الخطأ، ورأي غيري خطأ يحتمل الصواب "Pendapatku benar tapi bisa jadi salah, dan pendapat orang lain salah tapi bisa jadi benar." (Al Ihkam fi Ushul Al Ahkam, Ibn Hazm) Terkadang, kita malah menganggap pendapat orang lain sebagai bid‘ah, sesat atau tidak sesuai sunnah, seperti yang sering terjadi di kalangan sebagian kelompok Muslim. Padahal para ulama seperti Ibn Qudamah rahimahullah menyatakan: مسائل الاجتهاد لا إنكار فيها "Perkara-perkara ijtihad tidak boleh saling diingkari (secara mutlak)."   (Rawḍat An Naaẓir) Contohnya, soal posisi tangan saat sedekap dalam shalat. Di Indonesia, banyak yang meletakkan tangan di atas perut a...

Tafsir Bukan Ruang Opini: Ikuti Para Salaf!

Di beberapa platform media sosial yang menyajikan ruang-ruang diskusi agama, banyak sekali pengguna dari kalangan kaum muslimin ketika berbicara tentang Al-Qur'an berangkat dari asumsi pribadinya. Ketika sesuai dengan asumsinya, maka dengan beraninya dia berbicara tentang satu dua ayat Al-Qur'an. Hal seperti ini, bila ditinjau dari dalil-dalil naqli, tentu harus hati-hati, karena bila pendapat kita tentang Al-Qur'an itu tidak sesuai dengan tujuan ayat tersebut, maka hasilnya bisa menyesatkan orang lain dan mendatangkan mudarat bagi dirinya pribadi. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: مَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “Barangsiapa berkata tentang Al-Qur’an dengan asumsinya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Tirmidzi). Hadits ini adalah  wa’id  (peringatan) bagi kita semua. Beliau shallallahu ‘alayhi wasallam bukan sedang membatasi nalar kita, namun sedang mengajak kita ...

Inshaf: Ujian Ketakwaan

Banyak di antara kita menyeru agar hidup sesuai dengan sunah Nabi Muhammad  shallallahu ‘alayhi wasallam,  dan ini bagus dan memang harus kita lakukan. Namun, jangan sampai sunah ini hanya pada tataran simbolik, seperti menampilkan jenggot, menggunakan gamis (jubah), tidak isbal, dan semisalnya. Semua ini tentu baik karena memang bagian dari ajaran dan contoh langsung dari Baginda  shallallahu ‘alayhi wasallam.  Namun ironisnya, dalam hal akhlak dan sikap terhadap sesama muslim tak jarang kita menyaksikan fenomena yang lebih mirip karakter kaum Bani Israil daripada karakter kaum muslimin yang diinginkan oleh Rasulullah  shallallahu ‘alayhi wasallam . Salah satu ciri yang mencolok adalah sikap standar ganda: keras terhadap kesalahan pihak yang berbeda afiliasi, tetapi lunak dan penuh pemakluman terhadap kesalahan dari pihak seafiliasi. Ketika tokoh dari luar afiliasi mereka tergelincir, mereka berani membantah secara publik dengan nada tajam dan mengecam. Namun...

Persatuan Tidak Berarti Tanpa Konflik

Sering kali kita membayangkan bahwa persatuan berarti selalu hidup harmonis tanpa konflik atau perdebatan. Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Persatuan yang ideal, baik dari sudut pandang dalil, akal, maupun sejarah, hampir mustahil terwujud tanpa adanya gesekan. Rasulullah shalallahu 'alayhi Wasallam, sebagai teladan terbaik, pun tidak bisa sepenuhnya mencegah konflik di antara para sahabat. Namun, yang beliau lakukan adalah meredam dan memitigasi konflik tersebut. Tujuan utama Rasulullah dalam menjaga persatuan umat adalah memastikan bahwa kaum Muslim tetap merasa sebagai saudara di atas landasan tauhid, seperti yang ditegaskan dalam Al-Qur'an: إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara." (QS. Al-Hujurat: 10) فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا "Dan dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara." (QS. Ali 'Imran: 103) وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً "Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."...

Sufi Salafi, Perpaduan Akhlak Mulia dan Aqidah yang Lurus

 Islam adalah agama yang sempurna, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam ajarannya, Islam menekankan pentingnya keselamatan aqidah (salimul aqidah), kemurnian ibadah (shahihul ibadah), dan keindahan akhlak (matinul khuluq). Ketiga hal ini adalah inti dari ajaran Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, yang membawa umat manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. 1. Salimul Aqidah: Keselamatan dalam Keimanan Aqidah yang lurus adalah fondasi bagi setiap Muslim. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:   وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُۥ وَهُوَ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85) Keselamatan aqidah berarti menjaga keyakinan kita agar senantiasa sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah. Para ulama, termasuk ulama Hanabilah, sangat menekankan pentingnya menjaga ta...

Khutbah Jumat: Dampak Judi Online

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Amma Ba’du… Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Alhamdulillah senantia kita membasahi lisan dengan kalimat tahmid Alha...

Hati-Hati, Iblis Bisa Menjebakmu dengan Kebaikan!

Kadang, iblis tidak menyeret kita ke dalam dosa secara langsung. Jika ia tahu kita sulit diajak maksiat, ia akan menggunakan cara lain—yaitu membuat kita merasa lebih baik dari orang lain karena amal shalih yang kita lakukan. Allah sudah mengingatkan: فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰ "Janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling tahu siapa yang bertakwa." (QS. An-Najm: 32) Ini sangat berbahaya jika kita mulai berpikir, “Ibadahku lebih banyak dari dia,” atau “Aku lebih saleh dari dia.” Itu pertanda kita telah terjebak dalam ujub —kagum terhadap diri sendiri. Dan ujub ini bisa menghancurkan amal tanpa kita sadari. Nabi Muhammad shalallahu 'alayhi wasallam telah mewanti-wanti: ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ "Tiga hal yang membinasakan: kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri." (HR. Al-Baihaqi) Lalu, bagaimana ag...

Mazhab dan Pengaruh Politik: Hilangnya Mazhab Imam Al-Auza’i

Dalam sejarah Islam, perkembangan dan hilangnya suatu mazhab fikih tidak hanya ditentukan oleh faktor keilmuan, tetapi juga oleh dinamika politik yang terjadi di suatu wilayah. Salah satu contoh menarik adalah mazhab Imam Al Auza’i rahimahullah, yang pernah berkembang pesat di wilayah Syam (Suriah, Lebanon, Yordania, dan Palestina) serta sebagian Andalusia, namun akhirnya punah pada abad ke-11. Imam Al Auza’i rahimahullah adalah seorang ulama besar pada masanya yang memiliki metode istinbath (penggalian hukum) tersendiri. Mazhabnya sempat menjadi rujukan utama di Damaskus dan wilayah sekitarnya, sebelum akhirnya tergeser oleh mazhab Syafi’i. Salah satu faktor utama yang menyebabkan kemunduran mazhab ini adalah perubahan kebijakan politik di Damaskus. Ketika kota tersebut berada di bawah kepemimpinan Hakim Abu Zur’ah Muhammad bin Utsman rahimahullah, beliau memberikan dukungan penuh terhadap mazhab Syafi’i. Salah satu langkah yang beliau tempuh adalah menawarkan hadiah bagi siapa sa...