فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
"Maka berkat rahmat dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka akan menjauh dari sekitarmu." (Ali Imran: 159).
As Sa'di rahimahullah berkata mengenai ayat ini:
بِرَحْمَةِ
اللَّهِ لَكَ وَلِأَصْحَابِكَ، مَنَّ اللَّهُ عَلَيْكَ أَنْ أَلَنْتَ لَهُمْ
جَانِبَكَ، وَخَفَّضْتَ لَهُمْ جَنَاحَكَ، وَتَرَقَّقْتَ عَلَيْهِمْ، وَحَسَّنْتَ
لَهُمْ خُلُقَكَ، فَاجْتَمَعُوا عَلَيْكَ وَأَحَبُّوكَ، وَامْتَثَلُوا أَمْرَكَ
"Yakni karena rahmat Allah kepadamu dan kepada sahabatmu, Allah telah melembutkan hatimu kepada mereka, membuatmu merendah, bersikap lembut, dan memperindah akhlakmu, sehingga mereka berkumpul di sekelilingmu, mencintaimu, dan menuruti perintahmu"
Kelembutan adalah sikap lunak dan penuh kasih, lawan dari kekerasan dan kekasaran. Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam sepanjang hidupnya dikenal dengan sifat ini dalam seluruh perilaku dan urusan beliau. Sebagaimana Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
مَا خُيِّرَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ قَطُّ
إِلَّا أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا، فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ
أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ
"Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam dihadapkan pada dua pilihan, kecuali beliau memilih yang lebih mudah di antara keduanya selama bukan dosa, maka beliau adalah orang yang paling jauh darinya." (HR. Bukhari)
Para sahabat, semoga Allah meridhai mereka, telah mengetahui kelembutan pada diri Nabi shallallahu 'alayhi wasallam dan melihatnya dengan jelas dan nyata.
Dari Malik bin Al Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
أَتَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ قَوْمِي،
فَأَقَمْنَا عِندَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً، وَكَانَ رَحِيمًا رَفِيقًا
"Aku datang kepada Nabi ﷺ bersama sekelompok kaumku,
lalu kami tinggal di sisinya selama dua puluh malam. Dan beliau adalah seorang
yang penyayang dan lembut." (HR. Bukhari).
Dari Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu:
وَكَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَقِيقًا
"Rasulullah ﷺ adalah orang yang penyayang dan lembut." (HR. Muslim).
Al-‘Aini berkata dalam ‘Umdatul Qari Syarh Shahih Al-Bukhari:
"Ucapan (رحيما) bermakna: orang yang memiliki kasih sayang, belas kasih, dan kelembutan hati. Ucapan (رقيقا) dengan dua huruf qaf, maknanya: beliau memiliki hati yang lembut. Dalam riwayat lain disebutkan (رفيقا) dengan huruf fa kemudian qaf, yang berasal dari kata 'rِِِِِifq (kelembutan)."
Al Qasthalani berkata: "Dan Beliau shallallahu 'alayhi wasallam adalah (رحيما) penyayang terhadap orang-orang beriman, (رفيقا) lembut
terhadap mereka."
Dan dalam Manarul Qari disebutkan:
"(Dan beliau penyayang lagi lembut) maksudnya: bersikap lembut, dan
memperlakukan dengan penuh kelembutan."
Dan beliau shallallahu 'alayhi wasallam memerintahkan untuk bersikap lemah lembut, penuh kasih sayang, dan memudahkan (urusan), serta melarang dari sikap keras, kasar, dan mempersulit. Teks-teks kenabian sangat banyak dan beragam dalam menekankan pentingnya kelembutan, perintah untuk bersikap lembut, serta anjuran terhadapnya. Di antaranya sabda beliau shallallahu 'alayhi wasallam:
إِنَّ اللَّهَ
رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ، وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى
الْعُنْفِ، وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
"Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, mencintai kelembutan, dan memberikan pahala atas (sifat) kelembutan, apa yang tidak diberikan atas kekerasan dan tidak pula atas selainnya." (HR. Muslim)
Dalam hadits lain beliau shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:
إِنَّ
الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ (أَكْمَلَهُ وَزَيَّنَهُ)، وَلَا
يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ (عَابَهُ وَجَعَلَهُ قَبِيحًا) (رواه مسلم)
"Sesungguhnya kelembutan itu tidak akan ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya (menyempurnakan dan memperindah), dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperburuknya (merusaknya dan menjadikan ia tampak buruk)." (HR. Muslim)
Hal ini penting bagi kita di dalam membangun sikap kita di hadapan objek dakwah kita, karena penerimaan masing-masing orang itu berbeda. Jangan sampai kebaikan yang ingin kita sampaikan menjadi terlihat buruk dikarekan sikap kita yang jauh dari welas asih (kelembutan).
Dalam hadits lainnya Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam kembali menegaskan:
َنْ يُحْرَمِ
الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ كُلَّهُ
"Barangsiapa yang terhalang dari sifat lemah lembut, maka ia terhalang dari sesuatu kebaikan." (HR. Muslim)
Kelembutan
dalam kehidupan Nabi shallallahu 'alayhi wasallam mencakup bagaimana
seseorang berinteraksi dengan keluarganya, anak-anaknya, kerabatnya,
sahabat-sahabatnya, dengan yang lebih muda maupun yang lebih tua, dengan
orang-orang yang bekerja sama dengannya dalam suatu kepentingan atau
bertetangga dengannya, dengan orang yang bodoh maupun yang berbuat salah,
bahkan dengan musuh-musuh dan lawannya.
Jadikan puncak keteladanan kita hanya pada diri Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam.
Komentar
Posting Komentar