Langsung ke konten utama

Friksi dan Jalan Kembali kepada Allah

Dakwah bukanlah jalan yang mulus tanpa rintangan. Sejak dahulu, para dai menghadapi berbagai bentuk ujianfitnah, hasutan, hingga pengucilan. Bahkan dari kalangan terdekat sekalipun.

Berbagai kekecewaan memang tak terelakkan, bahkan terkadang datang dari orang-orang yang mengaku semanhaj. Namun, semua itu justru menjadi penguat keyakinan bahwa ridha Allah tidak bisa diraih dengan mudah dan murah.

Pelajaran dari Ka’ab bin Malik

Sejarah mencatat, Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah mengalami ujian berat. Ia ditahdzir, dijauhi, dan dikucilkan. Bahkan keluarganya sendiri tidak mengajak bicara, dan istrinya diperintahkan menjauhinya. Yang mentahdzir beliau bukan orang biasa, melainkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri.

Selama 40 hari, dunia terasa sempit dan menyesakkan bagi Ka’ab. Di saat itu, datang godaan dari kaum kafir. Raja Ghassan mengirim utusan membawa surat, mengajaknya bergabung dan memanfaatkan keadaan. Namun, Ka’ab tetap teguh di atas iman. Ia membakar surat tersebut, hingga akhirnya Allah menerima taubatnya.

Kisah ini memberi pelajaran: jika seorang muslim ditahdzir, dijauhi, atau dikucilkan oleh suatu komunitas Islam, itu bukan akhir segalanya. Masih ada banyak komunitas Islam lainnya. Ironisnya, kelompok yang gemar mentahdzir pun sering ditahdzir pula oleh komunitas lain. Maka tidak sepatutnya seorang muslim frustasi, apalagi sampai tergoda mencari ketenangan bersama komunitas kafir.

Prinsip Sikap Muslim

Seorang muslim harus berpegang teguh pada prinsip al-wala’ wal-bara’. Allah telah mengingatkan:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ 

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurāt: 10)

وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْۗ 

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepadamu hingga engkau mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah: 120)

Maka sikap yang benar adalah:

  1. Meyakini kekufuran orang kafir dan batilnya agama mereka.
  2. Tidak berpihak, tidak memuji, apalagi menyanjung perilaku mereka.
  3. Membenci dan memusuhi kekafiran mereka, karena akhlak mereka terhadap Allah adalah kufur.

Jalan Ketenangan

Bila seorang muslim kecewa oleh manusia, solusinya bukan mencari ketenangan ala kaum yang tidak mengenal Allah, seperti mengosongkan pikiran atau meniru ritual mereka. Jalan yang benar adalah kembali kepada Allah dengan cara:

  1. Membaca Al Qur’an.
  2. Mengikuti majelis ilmu.
  3. Menegakkan shalat malam dan mengadu hanya kepada-Nya.
  4. Jika ada kemampuan, berangkat umrah dan bermunajat di rumah-Nya.

Sebab, prinsip hidup seorang muslim jelas: Allah dulu, Allah sekarang, Allah lagi. Semua dari Allah, oleh Allah, dan untuk Allah.

Maka, jangan gentar dengan tahdziran serampangan apalagi dari komunitas ahli bid’ah pendaku sunnah yang memang terkenal dengan keburukan akhlak mereka.

عن الشيخ محمد ناصر الدين الألباني أنه قال: «مشكلة المسلمين في عقائدهم، ومشكلة السلفيين في أخلاقهم»

"Dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Al Bani Rahimahullah Berkata:"Masalah umat Islam ini ada pada aqidahnya mereka, dan masalah salafiyyin adalah pada akhlaq mereka_"

Semoga Allah menjaga umat Islam dalam hidayah-Nya dan meneguhkan hati di atas kebenaran.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Labelnya Salafi, Mentalnya Bani Israil

Secara lughawy (bahasa)   istilah hizbi berasal dari kata Arab "ḥizb" ( حزب ) yang berarti kelompok atau golongan. Adapun secara isthilahiy  (syar'i), hizbi mengacu pada seseorang yang membangun loyalitas dan permusuhan atas dasar kelompok-golongan, bukan atas dasar kebenaran. Ia “mendewakan” tokohnya, membela kelompoknya secara membabi buta, dan menolak kebenaran bila datang dari luar afiliasinya. Fanatisme seperti inilah yang dikritik keras oleh para ulama salaf, termasuk Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, karena ia merupakan akar perpecahan umat dan warisan buruk dari kaum terdahulu yang telah Allah kecam dalam Al Qur’an. Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah memberikan peringatan yang sangat tajam terhadap fenomena fanatisme individu dan kelompok. Beliau berkata: مَنْ نَصَبَ شَخْصًا كَائِنًا مَنْ كَانَ، فَوَالَى وَعَادَى عَلَى مُوَافَقَتِهِ فِي الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ، فَهُوَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا "Barangsiapa yang mengangkat seseoran...

Mengenal Puasa Tathowwu'

Setelah sebulan penuh kita menjalani puasa di bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam juga memberi contoh untuk melakukan puasa tathawwu’ . Ini bukan nama sebuah amaliyah baru, melainkan nama lain dari puasa sunnah. Tujuan dari puasa ini adalah dalam rangka muqarrabah , yakni mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apa saja bentuknya, kapan saja waktunya, serta apa keutamaannya? In syaa Allah penjelasannya sebagai berikut: 1. Puasa 6 hari di bulan Syawal Abu Ayyub Al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ "Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa." (HR. Muslim) 2. Puasa Senin dan Kamis Abu Qatadah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam ditanya mengenai puasa pada hari Senin. Beliau men...

Mantan Penyanyi Kafe Ini Sebar Syubhat Lagi, Umat Islam Harus Tahu!

Membantah Syubhat Riyadh Bajrey Hadahullah Riyadh Bajrey hadahullah seorang mantan penyanyi kafe, dan mantan peminum khamar serta perokok aktif hingga sekarang, lagi-lagi membuat perkatan yang menimbulkan polemik di tengah umat. Sebelumnya dia mengatakan rokok itu halal, sekarang dia Kembali berulah dengan mengatakan bahwa Khamr itu lebih baik daripada membuat kajian berbayar, dan demo itu perbuatan yang menabrak ushuluddin. Nah, sekarang mari kita bedah seputar rokok, khamar, kajian berbayar, kampanye, dan demo. Riyadh Bajrey tentang rokok: “Kami meyakini kehalalannya” Dalam salah satu klarifikasinya ketika videonya sedang viral karena terlihat merokok, Riyadh Bajrey secara gamblang dan meyakinkan menyatakan bahwa rokok itu halal. Pernyataan ini justru sangat bertentangan dengan pandangan mayoritas ulama rabbani kontemporer. Jangankan ulama-ulama yang menjadi rujukan dalam kaidah manhaj salaf, bahkan ulama yang menurut sebagian kelompok dianggap di luar manhaj salaf—yang merokok...