Langsung ke konten utama

Menelusuri Fragmentasi Gerakan Salafi

Pada masa awal, menjadi seorang salafi relatif sederhana. Lebih tepatnya, pengakuan sebagai salafi tidaklah sulit. Hal ini terjadi ketika gerakan salafi masih dalam posisi lemah dan belum memiliki fragmentasi yang kompleks sebagaimana sekarang.

Ciri utama yang menjadi tolok ukur saat itu dapat dirangkum dalam tiga poin pokok:

  1. Komitmen terhadap tauhid al-asma was-sifāt sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alayhi wasallam, sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'iin
  2. Semangat untuk kembali kepada tauhid sekaligus memberantas praktik kesyirikan.
  3. Semangat untuk kembali kepada sunnah dengan menolak fanatisme buta.

Karena kriteria tersebut relatif sederhana, maka banyak tokoh lintas latar belakang dapat dianggap sebagai bagian dari semangat salafi. Misalnya:

  • Abu Ismail al-Harawi, seorang sufi yang dikenal hardcore, tetap dihormati bahkan digelari Syaikh al-Islam.
  • Asy-Syathibi, meskipun bermazhab Asy‘ari, karyanya menjadi rujukan utama dalam pembahasan bid‘ah.
  • Adz-Dzahabi, sebagaimana terlihat dalam Siyar A‘lam an-Nubala’.
  • Muhibbuddīn al-Khatib, penulis al-Khuṭuṭ al-‘Ariḍah.
  • Taqiyyuddin al-Hilali, tokoh salafi Maroko, tetap menghargai Hasan al-Banna.
  • Abu Syamah al-Maqdisi, karyanya tentang pengingkaran bid‘ah menjadi rujukan, meski ia juga “membid‘ahkan” sekaligus “menghasanahkan” maulid Nabi.

Contoh dari Nusantara pun ada. Syaikh As-Surkati sering dipandang dekat dengan semangat salafi, meskipun memiliki nuansa khas. Begitu juga Prof. Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, guru dari salah satu ulama senior Indonesia. Bahkan M. Natsir, jika diukur dengan standar manhaj salafi yang ketat saat ini, mungkin akan dicap sebagai hizbi atau ikhwani.

Lalu muncul pertanyaan: mengapa pada masa kini umat disuguhi pesan “berguru hanya kepada yang jelas (kelompoknya)?”

Fragmentasi Pasca Perang Teluk

Pasca Perang Teluk, gerakan salafi mengalami pecah-belah internal yang cukup serius. Secara garis besar, muncul tiga kelompok utama:

  1. Kelompok Sururi.
  2. Kelompok Madkhali.
  3. Kelompok netral yang memilih diam, namun sering dituduh tidak jelas, bahkan kerap dicap sebagai Sururi atau Ikhwani. Pengecualian biasanya diberikan kepada mereka yang memiliki legitimasi langsung di Arab Saudi.

Fragmentasi tidak berhenti di situ. Dari kelompok kedua lahir berbagai pecahan baru, seperti:

  • Haddadiyyah
  • Hajuriyyah
  • Shoafiqah
  • Mushoifiqah
  • Halabiyyun
  • Malibariyyin

Selain itu, terdapat pula kelompok kecil lain di berbagai negara. Misalnya, di Indonesia muncul perbedaan antara kelompok jumhur dan non-jumhur. Di Yaman, fragmentasi semakin banyak, sementara di Mesir muncul tokoh-tokoh dengan basis pengikut yang beragam, seperti Raslan, Ridhwani, Biely, dan bahkan Hasan al-Banna (yang dalam konteks tertentu juga dianggap berdekatan dengan salafi, khususnya penjelasan Salimul ‘Aqidah).

Refleksi

Pertanyaan mendasar adalah: siapa sebenarnya yang menyebabkan perpecahan ini, dan mengapa terjadi?

Sesungguhnya, tidak ada seorang muslim pun yang menolak semangat untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman generasi salaf. Namun, masalah muncul ketika muncul klaim-klaim sektarian yang mengesankan “Salafi yang benar adalah versi kami”.

Padahal, hakikat salafi adalah kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salaf, bukan sekadar mengikuti penafsiran kelompok tertentu atas salaf.

Tidak ada yang sempurna dalam beragama. Selama semangat dan komitmen terhadap prinsip utama sama, maka perbedaan teknis seharusnya tidak dijadikan alasan untuk saling menegasi. Sebaliknya, ketika sebuah kelompok merasa sebagai satu-satunya representasi paling “orisinal” di dunia, klaim tersebut justru terkesan berlebihan, bahkan cenderung naif. Allahu A'lam

Komentar

  1. Tulisan mohon maaf bukan membahas tentang manhaj salaf karena tidak membahas ttg manhaj salaf secara Ushul yg kembali kepada kitab ² turats yg ditulis pada generasi salaf,hanya membahas ttg penomena komunitas yg mengaku salafi tentu TDK tepat dgn judul nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru judul dan isi sangat relevan, karena tulisan ini memang menyasar para pendaku salafi yang suka bermudah-mudahan mengeluarkan seseorang dari manhaj salaf hanya karena adanya perbedaan pandangan dalam perkara tertentu.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Labelnya Salafi, Mentalnya Bani Israil

Secara lughawy (bahasa)   istilah hizbi berasal dari kata Arab "ḥizb" ( حزب ) yang berarti kelompok atau golongan. Adapun secara isthilahiy  (syar'i), hizbi mengacu pada seseorang yang membangun loyalitas dan permusuhan atas dasar kelompok-golongan, bukan atas dasar kebenaran. Ia “mendewakan” tokohnya, membela kelompoknya secara membabi buta, dan menolak kebenaran bila datang dari luar afiliasinya. Fanatisme seperti inilah yang dikritik keras oleh para ulama salaf, termasuk Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, karena ia merupakan akar perpecahan umat dan warisan buruk dari kaum terdahulu yang telah Allah kecam dalam Al Qur’an. Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah memberikan peringatan yang sangat tajam terhadap fenomena fanatisme individu dan kelompok. Beliau berkata: مَنْ نَصَبَ شَخْصًا كَائِنًا مَنْ كَانَ، فَوَالَى وَعَادَى عَلَى مُوَافَقَتِهِ فِي الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ، فَهُوَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا "Barangsiapa yang mengangkat seseoran...

Mengenal Puasa Tathowwu'

Setelah sebulan penuh kita menjalani puasa di bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam juga memberi contoh untuk melakukan puasa tathawwu’ . Ini bukan nama sebuah amaliyah baru, melainkan nama lain dari puasa sunnah. Tujuan dari puasa ini adalah dalam rangka muqarrabah , yakni mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apa saja bentuknya, kapan saja waktunya, serta apa keutamaannya? In syaa Allah penjelasannya sebagai berikut: 1. Puasa 6 hari di bulan Syawal Abu Ayyub Al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ "Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa." (HR. Muslim) 2. Puasa Senin dan Kamis Abu Qatadah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam ditanya mengenai puasa pada hari Senin. Beliau men...

Mantan Penyanyi Kafe Ini Sebar Syubhat Lagi, Umat Islam Harus Tahu!

Membantah Syubhat Riyadh Bajrey Hadahullah Riyadh Bajrey hadahullah seorang mantan penyanyi kafe, dan mantan peminum khamar serta perokok aktif hingga sekarang, lagi-lagi membuat perkatan yang menimbulkan polemik di tengah umat. Sebelumnya dia mengatakan rokok itu halal, sekarang dia Kembali berulah dengan mengatakan bahwa Khamr itu lebih baik daripada membuat kajian berbayar, dan demo itu perbuatan yang menabrak ushuluddin. Nah, sekarang mari kita bedah seputar rokok, khamar, kajian berbayar, kampanye, dan demo. Riyadh Bajrey tentang rokok: “Kami meyakini kehalalannya” Dalam salah satu klarifikasinya ketika videonya sedang viral karena terlihat merokok, Riyadh Bajrey secara gamblang dan meyakinkan menyatakan bahwa rokok itu halal. Pernyataan ini justru sangat bertentangan dengan pandangan mayoritas ulama rabbani kontemporer. Jangankan ulama-ulama yang menjadi rujukan dalam kaidah manhaj salaf, bahkan ulama yang menurut sebagian kelompok dianggap di luar manhaj salaf—yang merokok...