1. Puasa 6 hari di bulan Syawal
Abu Ayyub Al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa." (HR. Muslim)
2. Puasa Senin dan Kamis
Abu Qatadah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam ditanya mengenai puasa pada hari Senin. Beliau menjawab:
ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمُ بُعِثْتُ فِيهِ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
"Itu adalah hari ketika aku dilahirkan dan hari ketika aku diutus (sebagai Rasul), atau hari ketika wahyu diturunkan kepadaku." (HR. Muslim)
Dalam hadits lain, Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:
تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
"Pada hari Senin dan Kamis, seluruh amalan diperlihatkan kepada Allah. Maka aku lebih suka amalanku diperlihatkan dalam keadaan aku sedang berpuasa." (HR. Tirmidzi)
Sayyidah Aisyah juga berkata:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَتَحَرَّى صَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
"Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam biasa bersungguh-sungguh untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis." (HR. Tirmidzi)
3. Puasa tiga hari setiap bulan
Abu Hurairah berkata:
أَوْصَانِي خَلِيلِي ﷺ بِثَلَاثٍ: صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
"Kekasihku (Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam) mewasiatkan kepadaku tiga perkara: berpuasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat Dhuha, dan shalat Witir sebelum tidur." (HR. Bukhari)
Abdullah bin Amru berkata, Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:
صَوْمُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Puasa tiga hari setiap bulan menyamai puasa sepanjang masa." (HR. Bukhari)
Puasa merupakan salah satu ibadah yang paling utama. Di antara rahmat dan keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah, Dia tidak menjadikan puasa ini terbatas pada bulan Ramadhan saja, melainkan juga mensyariatkan puasa sunnah di berbagai waktu. Allah pun mengkhususkan waktu-waktu tertentu dengan keutamaan dan pahala yang lebih besar dibanding waktu-waktu lainnya. Ia juga menjadikannya rutinitas mingguan, bulanan, atau tahunan sebagai sarana hamba-hamba-Nya dalam meningkatkan ketaatan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufik kepada kita semua agar dimudahkan dalam melaksanakan amalan-amalan sunnah ini, dalam rangka membangun hubungan yang baik kepada Sang Penguasa Alam.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Akhukum fillah, Abdul Malik Yurisfan
Jambi, 7 Syawal 1444 H / 27 April 2023
Komentar
Posting Komentar