Dakwah bukanlah jalan yang mulus tanpa rintangan. Sejak dahulu,
para dai menghadapi berbagai bentuk ujianfitnah, hasutan, hingga pengucilan.
Bahkan dari kalangan terdekat sekalipun.
Berbagai kekecewaan memang tak terelakkan, bahkan terkadang datang
dari orang-orang yang mengaku semanhaj. Namun, semua itu justru
menjadi penguat keyakinan bahwa ridha Allah tidak bisa diraih dengan
mudah dan murah.
Pelajaran dari Ka’ab bin Malik
Sejarah mencatat, Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah
mengalami ujian berat. Ia ditahdzir, dijauhi, dan dikucilkan. Bahkan
keluarganya sendiri tidak mengajak bicara, dan istrinya diperintahkan
menjauhinya. Yang mentahdzir beliau bukan orang biasa, melainkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri.
Selama 40 hari, dunia terasa sempit dan menyesakkan bagi Ka’ab. Di
saat itu, datang godaan dari kaum kafir. Raja Ghassan mengirim utusan membawa
surat, mengajaknya bergabung dan memanfaatkan keadaan. Namun, Ka’ab tetap teguh
di atas iman. Ia membakar surat tersebut, hingga akhirnya Allah menerima
taubatnya.
Kisah ini memberi pelajaran: jika seorang muslim ditahdzir,
dijauhi, atau dikucilkan oleh suatu komunitas Islam, itu bukan akhir segalanya. Masih
ada banyak komunitas Islam lainnya. Ironisnya, kelompok yang gemar mentahdzir
pun sering ditahdzir pula oleh komunitas lain. Maka tidak sepatutnya seorang
muslim frustasi, apalagi sampai tergoda mencari ketenangan bersama komunitas
kafir.
Seorang muslim harus berpegang teguh pada prinsip al-wala’
wal-bara’. Allah telah mengingatkan:
اِنَّمَا
الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS.
Al-Hujurāt: 10)
وَلَنْ تَرْضٰى
عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْۗ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepadamu hingga
engkau mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah: 120)
Maka sikap yang benar adalah:
- Meyakini kekufuran orang kafir dan
batilnya agama mereka.
- Tidak berpihak, tidak memuji, apalagi
menyanjung perilaku mereka.
- Membenci dan memusuhi kekafiran mereka,
karena akhlak mereka terhadap Allah adalah kufur.
Jalan Ketenangan
Bila seorang muslim kecewa oleh manusia, solusinya bukan mencari
ketenangan ala kaum yang tidak mengenal Allah, seperti mengosongkan pikiran
atau meniru ritual mereka. Jalan yang benar adalah kembali kepada Allah dengan
cara:
- Membaca Al Qur’an.
- Mengikuti majelis ilmu.
- Menegakkan shalat malam dan mengadu hanya
kepada-Nya.
- Jika ada kemampuan, berangkat umrah dan
bermunajat di rumah-Nya.
Sebab, prinsip hidup seorang muslim jelas: Allah dulu,
Allah sekarang, Allah lagi. Semua dari Allah, oleh Allah, dan untuk Allah.
Maka, jangan gentar dengan tahdziran serampangan apalagi dari
komunitas ahli bid’ah pendaku sunnah yang memang terkenal dengan keburukan
akhlak mereka.
عن الشيخ محمد
ناصر الدين الألباني أنه قال: «مشكلة المسلمين في عقائدهم، ومشكلة السلفيين في
أخلاقهم»
"Dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Al Bani Rahimahullah
Berkata:"Masalah umat Islam ini ada pada aqidahnya mereka, dan masalah
salafiyyin adalah pada akhlaq mereka_"
Semoga Allah menjaga umat Islam dalam hidayah-Nya dan meneguhkan hati di atas kebenaran.
ما شاء الله تبارك الله
BalasHapus