Agar sempurna keimanan kita
kepada Allah, tidak tercampur perkara-perkara syubhat, khurofat, takhayul
apalagi kesyirikan, maka penting bagi kita mendalami dan mengilmu kalimat Laa
ilaaha illallah, atau yang biasa disebut di kalangan masyarakat luas
sebagai kalimat tahlil. Kalimat Tahlil - Laa ilaaha illallah- adalah
kunci seorang muslim bila ia ingin memasuki surganya Allah Jalla Jalaaluh, sebagaimana
sabda Nabi Muhammad Shollallahu 'alayhi wasallam;
ู
َْู َูุงَู ุขุฎِุฑُ ََููุงู
ِِู َูุง ุฅََِูู ุฅَِّูุง ุงُููู ุฏَุฎََู ุงูุฌََّูุฉَ
"Barangsiapa
yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka
dia akan masuk surga." (HR. Abu Daud, No. 1621)
Namun menurut para ulama tidak
mudah bagi kita ketika sakaratul maut mampu mengucapkan kalimat
tersebut. Kalimat tersebut hanya bisa terucap oleh orang-orang yang semasa
hidupnya sejalan dengan isinya. Bila kalimat Laa ilaaha illallah hanya
ucapan atau lafazh-lafazh kosong semata, maka orang munafik dan kafir pun mampu
mengucapkannya. Oleh karena itu wajib bagi kita untuk mengilmui kalimat
tersebut, agar keimanan kita kepada Allah bersih dari segala kotoran-kotoran di
atas, dengan demikian berhak atas kita surga.
Bisa dikatakan kalimat tahlil
adalah kuncinya surga. Bila kita lihat kunci ia memiliki gerigi, dan tidak ada
satu pun kunci yang betuknya polos, konon gerigi itulah yang menjadi penggerak
agar pintu terbuka. Maka kalimat Laa ilaaha illallah-pun demikian
adanya, ada syarat-syarat yang harus kita penuhi sehingga pintu surga dengan
mudah terbuka oleh kita.
Berkata Syaikh Hafizh Al Hakimi
rahimahullah di dalam manzhumah salamul wushul, kalimat Laa ilaaha
illallah memiliki tujuh syarat yang harus dipenuhi bagi siapa saja yang
mengucapkannya;
Pertama, Al 'Ilmu (ุงูุนูู
) bermakna kita memilik
pengetahuan atasnya, sehingga penetapan dan penolakan kita sesuai dengan
tuntunan Allah subhanahu wata'ala. Penetapan sebagai bentuk konsekuensi
kita hanya Allah Dzat yang berhak kita sembah dan akui eksitensinya serta
menolak segala sesuatu kesyirikan dan kotoran aqidah yang terkadang sebagai
muslim tidak menyadarinya. Maka perlunya kita ilmui kalimat tauhid ini.
Sebagaimana Firman Allah;
َูุงุนَْูู
ْ ุฃََُّูู َูุง ุฅََِูู ุฅَِّูุง ุงَُّููู َูุงุณْุชَุบِْูุฑْ ِูุฐَْูุจَِู
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain
Allah” (QS. Muhammad: 19)
Di ayat lain;
ุฅَِّูุง ู
َْู ุดَِูุฏَ ุจِุงْูุญَِّู َُููู
ْ َูุนَْูู
َُูู
“kecuali mereka mengetahui yang hak (ilmu tauhid)
dan mereka meyakini(nya)” (QS. Az-Zukhruf: 86)
Para ahli tafsi
memberikan penjelasannya dalam tafsirnya mengenai kalimat illa man syahida
itu adalah pengecualian bagi mereka yang memahami ilmu kalimat syahadat yang
mereka ucapkan. Sebuah hadits dari Utsman bin Affan Radhiyallahu 'anhu
Rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam bersabda;
ู
َْู ู
َุงุชَ ََُููู َูุนَْูู
ُ ุฃََُّูู َูุง ุฅََِูู ุฅَِّูุง ุงَُّููู ุฏَุฎََู
ุงْูุฌََّูุฉَ
“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tiada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah, akan masuk surga”
Kedua, Al Yaqin artinya tidak ada keraguan dalam memahami
dan mengamalkannya. Artinya kita secara tegas meyakini kalimat Laa ilaaha
illallah. Tanpa keragu-raguan sedikit pun. Keragu-raguan atas kalimat tauhid
bukan sifat seorang mukmin yang Allah sifatkan di dalam firman-Nya;
ุฅَِّูู
َุง ุงْูู
ُุคْู
َُِููู ุงَّูุฐَِูู ุขู
َُููุง ุจِุงَِّููู َูุฑَุณُِِููู ุซُู
َّ
َูู
ْ َูุฑْุชَุงุจُูุง َูุฌَุงَูุฏُูุง ุจِุฃَู
َْูุงِِููู
ْ َูุฃَُْููุณِِูู
ْ ِูู ุณَุจِِูู ุงَِّููู
ุฃَُููุฆَِู ُูู
ُ ุงูุตَّุงุฏَُِููู
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka TIDAK RAGU-RAGU dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar". (QS. Al Hujurat: 15)
Dan dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu
ia berkata, Rasulullah Shallallahu ’alayhi Wasallam bersabda:
ุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู َูุง ุฅََِูู ุฅَِّูุง ุงُููู، َูุฃَِّูู ุฑَุณُُูู ุงِููู، َูุง
ََْูููู ุงَููู ุจِِูู
َุง ุนَุจْุฏٌ ุบَْูุฑَ ุดَุงٍّู ِِูููู
َุง ุฅَِّูุง ุฏَุฎََู ุงْูุฌََّูุฉَ
"Syahadat bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan bahwasanya aku adalah utusan Allah, seorang hamba yang tidak
meragukannya dan membawa keduanya ketika bertemu dengan Allah, akan masuk
surga"
Dan dalam Shahih Muslim yang lain, dari Abu Hurairah
radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ู
َْู َِูููุชَ ู
ِْู َูุฑَุงุกِ َูุฐَุง ุงْูุญَุงุฆِุทِ َูุดَْูุฏُ ุฃَْู َูุง ุฅََِูู
ุฅَِّูุง ุงَُّููู ู
ُุณْุชًَِْูููุง ุจَِูุง َْููุจُُู َูุจَุดِّุฑُْู ุจِุงْูุฌََّูุฉِ
"Barangsiapa yang engkau temui di balik penghalang ini,
yang bersyahadat laa ilaaha illallah, dan hatinya yakin terhadap hal itu, maka
berilah kabar gembiranya baginya berupa surga"
Ketiga, Al Ikhlas artinya membersihkan hati dan perbuatan
dari segala bentuk kesyirikan dan riya', dengan mengikhlaskan niat untuk Allah
semata dalam seluruh ibadah. Allah Ta’ala berfirman:
ุฃََูุง َِِّููู ุงูุฏُِّูู ุงْูุฎَุงِูุตُ
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang ikhlas
(bersih dari syirik)" (QS. Az Zumar: 3)
Allah juga berfirman di dalam ayat yang lain:
َูู
َุง ุฃُู
ِุฑُูุง ุฅَِّูุง َِููุนْุจُุฏُูุง ุงََّููู ู
ُุฎِْูุตَِูู َُูู ุงูุฏَِّูู
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus" (QS. Al Bayyinah: 5)
Juga di dalam Shahih Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu
’anhu dari Nabi Shallallahu ’alayhi Wasallam:
ุฃَุณْุนَุฏُ ุงَّููุงุณِ ุจِุดََูุงุนَุชِู َْููู
َ ุงَِูููุงู
َุฉِ، ู
َْู َูุงَู ูุงَ ุฅََِูู
ุฅَِّูุง ุงَُّููู، ุฎَุงِูุตًุง ู
ِْู َْููุจِِู
"Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku di hari
kiamat kelak adalah orang yang mengatakan laa ilaaha illallah dengan ikhlas
dari hatinya"
Keempat, Ash Shidqu artinya kita jujur terhadap apa yang
telah kita ucapkan untuk mentauhidkan Allah, bukan malah menjadi pendusta
terhadap kalimat tauhid tersebut, dengan tetap meyakini ada sembahan dan ada
kekuatan lain selain Allah. Kejujuran di sini adalah jujur dari hati sesuai dengan
yang diucapkan oleh lisan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman ketika mencela
orang munafik:
ุฅِุฐَุง ุฌَุงุกََู ุงْูู
َُูุงَُِูููู َูุงُููุง َูุดَْูุฏُ ุฅََِّูู َูุฑَุณُُูู ุงَِّููู
َูุงَُّููู َูุนَْูู
ُ ุฅََِّูู َูุฑَุณُُُููู َูุงَُّููู َูุดَْูุฏُ ุฅَِّู ุงْูู
َُูุงَِِูููู
ََููุงุฐِุจَُูู
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka
berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta"
(QS. Al Munafiqun: 1).
Ayat ini adalah contoh dari Allah untuk kita bagaimana orang
munafiq juga mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” namun tidak ada
kejujuran dari hati mereka tentang apa yang mereka ucapkan itu. Allah Subhanahu
waaa’ala berfirman:
ุงูู
(1) ุฃَุญَุณِุจَ ุงَّููุงุณُ ุฃَْู ُูุชْุฑَُููุง
ุฃَْู َُُูููููุง ุขู
ََّูุง َُููู
ْ َูุง ُْููุชََُููู (2) َََูููุฏْ َูุชََّูุง ุงَّูุฐَِูู ู
ِْู
َูุจِِْููู
ْ َََูููุนَْูู
ََّู ุงَُّููู ุงَّูุฐَِูู ุตَุฏَُููุง َََูููุนَْูู
ََّู ุงَْููุงุฐِุจَِูู (3)
"(1) Alif laam miim, (2) Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka
tidak diuji lagi?(3) Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta". (QS. Al Ankabut:
1-3).
Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu’anhu, di dalam Shahih
Muslim dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
ู
َุง ู
ِْู ุฃَุญَุฏٍ َูุดَْูุฏُ ุฃَْู ูุงَ ุฅََِูู ุฅَِّูุง ุงَُّููู َูุฃََّู ู
ُุญَู
َّุฏًุง
ุฑَุณُُูู ุงَِّููู، ุตِุฏًْูุง ู
ِْู َْููุจِِู، ุฅَِّูุง ุญَุฑَّู
َُู ุงَُّููู ุนََูู ุงَّููุงุฑِ
"Tidak ada seorang pun yang bersyahadat bahwa tiada
sesembahan yang hak selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah,
dengan jujur dari hatinya, kecuali ia pasti diharamkan oleh Allah untuk masuk
neraka".
Kelima, Al Mahabbah (cinta), artinya kita wajib mencintai
Allah, wajib mencintai Rasul-Rasul Allah, mencinta agama Allah, mencintai
hamba-hamba Allah dari kaum muslimin yang menegakkan syari'at agama Allah dan
menjaga diri dari batasan-batasan yang dibangun di atasnya. Bukti Al Mahabbah
ini juga kita membenci segala sesuatu yang bertentangan dengan kalimat tauhid
"Laa ilaaha illallah, berupa kesyirikan dan kekufuran yang apabila
dikerjakan hal demikian dapat mencederai kesempurnaan makna dan kalimat tauhid
oleh sebab kesyirikan dan kebid'ahan yang mereka kerjakan.
Hal ini dilakukan dalam rangka mengamalkan sabda Nabi
Shallallahu ’alayhi Wasallam:
ุฃูุซู ุนุฑู ุงูุฅูู
ุงู ุงูุญุจ ูู ุงููู ูุงูุจุบุถ ูู ุงููู
"Ikatan iman
yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah"
Syarat Al Mahabbah ini juga Allah tuangkan di dalam
firman-Nya:
َูู
َِู ุงَّููุงุณِ ู
َْู َูุชَّุฎِุฐُ ู
ِْู ุฏُِูู ุงَِّููู ุฃَْูุฏَุงุฏًุง ُูุญِุจَُُّูููู
ْ
َูุญُุจِّ ุงَِّููู َูุงَّูุฐَِูู ุขู
َُููุง ุฃَุดَุฏُّ ุญُุจًّุง َِّููู
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah" (QS. Al Baqarah: 165).
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu ia berkata: Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ุซََูุงุซٌ ู
َْู َُّูู ِِููู َูุฌَุฏَ ุญََูุงَูุฉَ ุงْูุฅِูู
َุงِู : ุฃَْู ََُูููู
ุงَُّููู َูุฑَุณُُُููู ุฃَุญَุจَّ ุฅَِِْููู ู
ِู
َّุง ุณَِูุงُูู
َุง ، َูุฃَْู ُูุญِุจَّ ุงْูู
َุฑْุกَ
َูุง ُูุญِุจُُّู ุฅَِّูุง َِِّููู ، َูุฃَْู َْููุฑََู ุฃَْู َูุนُูุฏَ ِูู ุงُْْูููุฑِ َูู
َุง
َْููุฑَُู ุฃَْู ُْููุฐََู ِูู ุงَّููุงุฑِ
"Ada 3 hal yang
jika ada pada diri seseorang ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan
Rasul-Nya lebih ia cintai dari selainnya, (2) ia mencintai seseorang karena
Allah, (3) ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci untuk
dilemparkan ke dalam neraka"
Keenam, Al Inqiyad (kepatuhan), artinya konsekuensi dari
mengucapkan kalimat tauhid adalah kemudian kita patuh kepada syariat, hukum dan
aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Jalla Jalaaluh. Allah Ta’ala berfirman:
َูุฃَِููุจُูุง ุฅَِูู ุฑَุจُِّูู
ْ َูุฃَุณِْูู
ُูุง َُูู
"Dan kembalilah
kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab
kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)" (QS. Az Zumar: 54)
Dan firman Allah yang lain:
َูู
َْู ุฃَุญْุณَُู ุฏًِููุง ู
ِู
َّْู ุฃَุณَْูู
َ َูุฌَُْูู َِِّููู ََُููู ู
ُุญْุณٌِู
"Dan siapakah
yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya" (QS. An Nisaa’:
125)
Makna dari aslimuu dan aslama di dalam dua ayat di
atas dalah patuh dan taat.
Ketujuh, Al Qabul (menerima), artinya kita wajib menerima
kalimat "Laa ilaaha illallah" dengan sebenar-benarnya dengan hati dan
lisannya. Banyak kaum-kaum terdahulu yang Allah beri keselamatan atas mereka
karena menerima kalimat Laa ilaaha illallah, dan tidak sedikit juga orang yang
Allah musnahkan dikarenakan menolak kalim ini. Allah berfirman di dalam Al
Quran:
ุซُู
َّ َُููุฌِّู ุฑُุณََُููุง َูุงَّูุฐَِูู ุขู
َُููุง َูุฐََِูู ุญًَّูุง ุนَََْูููุง
ُْููุฌِ ุงْูู
ُุคْู
َِِููู
"Kemudian Kami
selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi
kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman" (QS. Yunus:
103).
ุฅَُِّููู
ْ َูุงُููุง ุฅِุฐَุง َِููู َُููู
ْ َูุง ุฅََِูู ุฅَِّูุง ุงَُّููู َูุณْุชَْูุจِุฑَُูู
(35) َََُُููููููู ุฃَุฆَِّูุง َูุชَุงุฑُِูู ุขَِููุชَِูุง ِูุดَุงุนِุฑٍ ู
َุฌٍُْููู
"Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” namun mereka
menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS. Ash
Shaafaat: 35-36)
Demikianlah tanda benar keimanan kita kepada Allah adalah
dengan mengilmui kalimat tauhid-Nya. Kemudian memohonlah taufiq dari Allah agar
kita mampu mengilmui dan mengamalkan kalimat Laa ilaaha illallah dengan sebenar-benarnya
baik dalam perkatan, keyakinan hati dan amal perbuatan. Wallahul muwafiq...
Diterjemah dan dikembangkan: Ahmad Abdul Malik
Komentar
Posting Komentar