Langsung ke konten utama

SERIAL AQIDAH (1): Aqidah Ahlusunnah Wal Jama'ah (Muqoddimah)

Mempelajari aqidah adalah langkah pertama seorang muslim ketika dia sudah mulai memutuskan untuk berhijrah, sebab Aqidah itu bukan sekadar mengucapkan Laa Ilaaha Illallah tapi juga harus memahami makna yang terperinci di dalamnya. Sehingga tidak mudah bagi kita tersambar perkara-perkara syubhat yang banyak muncul di tengah masyarakat.

Sebagai pembukaan, prinsip Aqidah Ahlusunnah adalah dia beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir (kebangkitan setelah kematian), dan beriman kepada takdir baik dan takdir buruk. Hal ini diriwayatkan di dalam Hadits kedua dari kitab Arba'in An Nawawi yang juga dikenal sebagai Haditsu Jibril, oleh Umar Radhiyallahu 'anhu;

قَالَ جِبْرِيْلَ عليه السّلام : فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ
"Jibril 'alayhissalam berkata:"Kabarkan kepadaku apa itu Iman!".

 قَالَ رَسُوْلُ ٱللّه صَلَّى ٱللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
"Rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam menjawab:" Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan engkau beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk". (HR. Muslim)

Siapapun muslim yang meyakini Aqidah yang demikian, maka dia adalah Ahlusunnah wal Jama'ah. Tugas berikutnya adalah mendalami Aqidah itu sendiri, sebab Agama ini adalah ilmu, sebagaimana perkataan Imam Bukhori Rahimahullah di dalam kitabnya:

العلم قبل القول والعمل
"Berilmu dahulu sebelum berkata dan beramal"

Hal ini dilakukan agar kita tidak mengalami penyimpangan dalam memahami Aqidah, bila kita belajar (menjaga) Aqidah dengan mengilmuinya, In syaa Allah atas izin Allah dengan sendiri segalanya isme-isme sesat yang berkembang di luar sana dengan mudah terpatahkan, tanpa kita sibuk ke sana ke mari mencari bantahan.

Sebagai pembuka, maka kami mencoba memberi gambaran seperti apa pembahasan ke depan mengenai Serial Aqidah ini, pembahasan tentunya seputar tema awal di atas, yakni keimanan dalam Aqidah Islam sesuai dengan ajaran Ahlusunnah wal Jama'ah;

Pertama, Beriman kepada Allah bukan hanya sekadar memahami Allah sebagai Dzat yang menciptakan, mengatur rezeki dan yang mengatur Alam semesta, tetapi juga meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah tidak ada sekutu baginya, baik itu dari sisi ibadah, pemberi syafaat dan ketawakalan, di mana ketiga unsur ini harus kita berikan kepada Allah semata. Kemudian juga meyakini bahwa Allah memiliki nama dan sifat-sifat yang agung yang harus kita imani.

Kedua, untuk menguatkan keimanan kepada Malaikat kita memiliki dua cara, yakni Al Iimaanu Al Mujmaal (beriman secara global/umum), dan Al iimaanu attafshiili (beriman secara terperinci). Beriman secara global seperti meyakini bahwa malaikat itu ada dan memiliki tugas-tugas, sementara secara terperinci adalah membahas malaikat satu persatu secara detail beserta dengan dalil-dalilnya.

Ketiga, beriman kepada kitab-kitab Allah, seperti Al Quran, Injil, Taurat, Zabur, shuhuf-shuhuf (lembaran-lembaran) Ibrahim dan Musa 'alayhimassalam, yang in syaa Allah akan dibahas di serial berikutnya. Semoga bersabar menanti, karena sabar adalah salah satu kunci mendapat keberkahan ilmu.

Keempat, beriman kepada rasul-rasul Allah juga dibagi menjadi dua cara, yaitu secara global dan secara terperinci. Secara global kita mengetahui jumlahnya, meyakini keberadaannya sebagai utusan Allah Subhanahu wata'ala, meyakini dan tunduk kepada ucapannya dikarenakan mereka adalah perwakilan Allah di muka bumi. Sedangkan secara terperinci sesuai dengan yang sampai kepada kita, misal mengetahui 25 Nabi dan Rasul yang masing-masing perlu dipelajari juga.

Kelima, beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan adanya Al Ba'si ba'dal maut (kehidupan setelah kematian), para ulama membagi menjadi tiga bagian.Pertama Al Hayyatul Barzakhiyah (kehidupan di alam barzakh), namun ada sebagian ulama mengatakan sebelum alam ini kita mengalami Haalatul Ihtidhor, yaitu saat kita mengalami Sakaratul Maut. Kedua, Al Mahsyar qobla al jannah wannaar (alam mahsyar sebelum surga dan neraka). Ketiga, Al Hayaata al abadiyah (kehidupan yang abadi) yaitu apakah masuk surga atau neraka. Ini adalah garis besar mengenai keimanan kepada hari akhir, sedangkan secara terperincinya masih banyak, seperti momen di padang mahsyar, hisab, qishash, dan al qonthoroh (Qishosh bagi orang yang beriman sebelum memasuki surga).

Keenam, beriman kepada taqdir, di mana pada poin ini akan disampaikan 4 tingkatan beriman kepada hari akhir (marootibul iiman bil qodr). Kemudian juga akan dibahas aliran-aliran yang menyimpang dari agama ini.

Inilah beberapa poin mendasar memahami aqidah Ahlussunnah wal jama'ah yang akan kami perinci ke depannya, agar kelak kita bertemu Allah 'azza wa jalla dengan kemurnia tauhid, dan mengilmui ini juga merupakan cara kita mengantisipasi diri dalam menghadapi fitnah Al Masiihiddajjaal kelak di akhir zaman.

Referensi:
- Syarah Kitab Aqidah Al Washithiyah
- Syarah Kitab Kasyfu Syubhat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Puasa Tathowwu'

Setelah sebulan penuh kita menjalani puasa di bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam juga memberi contoh untuk melakukan puasa tathawwu’ . Ini bukan nama sebuah amaliyah baru, melainkan nama lain dari puasa sunnah. Tujuan dari puasa ini adalah dalam rangka muqarrabah , yakni mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apa saja bentuknya, kapan saja waktunya, serta apa keutamaannya? In syaa Allah penjelasannya sebagai berikut: 1. Puasa 6 hari di bulan Syawal Abu Ayyub Al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ "Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa." (HR. Muslim) 2. Puasa Senin dan Kamis Abu Qatadah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam ditanya mengenai puasa pada hari Senin. Beliau men...

Khutbah Idul Fitri 1441 H: ”Mengambil Hikmah di Tengah Musibah dan Wabah Corona”

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ Jama’ah kaum muslimin rahimahi wa rahimakumullah… Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah jalla wa ‘ala atas segala limpahan karunianya sehingga kita mampu menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan tahun ini, dan hari ini kita dipertemukan kembali kepada hari raya idul fitri. Tentunya kita berharap bahwa puasa Ramadhan kita diter...

Labelnya Salafi, Mentalnya Bani Israil

Secara lughawy (bahasa)   istilah hizbi berasal dari kata Arab "ḥizb" ( حزب ) yang berarti kelompok atau golongan. Adapun secara isthilahiy  (syar'i), hizbi mengacu pada seseorang yang membangun loyalitas dan permusuhan atas dasar kelompok-golongan, bukan atas dasar kebenaran. Ia “mendewakan” tokohnya, membela kelompoknya secara membabi buta, dan menolak kebenaran bila datang dari luar afiliasinya. Fanatisme seperti inilah yang dikritik keras oleh para ulama salaf, termasuk Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, karena ia merupakan akar perpecahan umat dan warisan buruk dari kaum terdahulu yang telah Allah kecam dalam Al Qur’an. Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah memberikan peringatan yang sangat tajam terhadap fenomena fanatisme individu dan kelompok. Beliau berkata: مَنْ نَصَبَ شَخْصًا كَائِنًا مَنْ كَانَ، فَوَالَى وَعَادَى عَلَى مُوَافَقَتِهِ فِي الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ، فَهُوَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا "Barangsiapa yang mengangkat seseoran...