![]() |
Source: muslim.or.id |
Alhamdulillah ash sholaatu wassalaamu 'alaa Rasuulillaah. Pembaca yang dirahmati Allah, pada masa ini sudah banyak kajian sporadis (baca: tidak runut). Sehingga terkadang kita yang memiliki semangat untuk beragama, akhirnya banyak tersambar berbagai syubhat dari orang-orang yang menyampaikan perkara-perkara fitnah akhir zaman menggunakan metodologi cocoklogi. Dalil-dalil yang tidak shahih pun digunakan demi melegalkan metodologinya.
Para ulama terdahulu, bila kita tarik ke masa Rasulullah Shollallahu 'alayhi wasallam, beliau berdakwah selama 13 tahun menanamkan aqidah. Belum membahas apa itu haramnya khamr, judi, dan lainnya. Setelah aqidah yang lurus ditanamkan kepada para sahabat pada masa itu, barulah turun hukum ini dan hukum itu, larangan ini larangan itu dari Allah melalui Rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam.
Ketika semua hukum telah turun, dengan pondasi aqidah yang kuat dan keimanan yang bersih (ikhlash), umat Islam di masa itu kompak menjawab sami'na wa atho'na (kami dengan kami taat). Sehingga fitnah-fitnah dunia berhasil mereka hadapi dan lalui. Sekali waktu ada yang mengaku Nabi pun, mereka berhasil melawannya.
Maka dari itu, penting bagi kita yang mencintai agama ini, yang ingin selamat di akhir zaman kelak, untuk serius belajar agama secara teratur, terstruktur dan terkurikulum dengan baik. Dan hal pertama yang harus kita perbaiki adalah pemahaman kita atas aqidah. Bicara aqidah bukan hanya mengatakan bahwa Allah itu Esa, namun kita juga harus memahami segala rinciannya, karena mengilmui kalimat tauhid dengan segala rincian di dalamnya, adalah sebuah kewajiban bagi kita.
Menuntut ilmu agama itu memiliki kedudukan yang tinggi, dan guru pertama dari umat ini adalah Rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam. Penuntut ilmu pertama dari umat ini adalah para Sahabat radhiyallahu 'anhum. Maka seharusnya para pengajar benar-benar meneladani Rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam, dan penuntut ilmu hendaknya mencontoh para sahabat radhiyallahu 'anhum. Dengan demikian, penuntut ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi, baik dia masih muda ataupun sudah berusia lanjut, laki-laki maupun perempuan.
Apabila terkumpul pada diri seseorang iman dan ilmu, maka dia berhak mendapatkan derajat yang tinggi, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala di dalam surat Al Mujadilah ayat 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadilah : 11)
Dan juga sebagaimana Nabi Muhammad shollallahu 'alayhi wasallam dalam beberapa haditsnya menjelaskan keutamaan yang banyak bagi penuntut ilmu;
من غدا إلى المسجد لا يريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه كان له كأجر حاج تاما حجته
"Barangsiapa yang menuju ke masjid dia tidak menginginkan kecuali untuk menuntut ilmu atau mengajarkannya, maka dia mendapatkan pahala haji yang sempurna." (HR. Ath Thabrani, dalam shahih attarghib)
Maka hendaklah dengan kemuliaan ini kemudian membuat kita semakin mengikhlaskan diri dalam menuntut ilmu karena Allah Azza wa Jalla, karena menuntut ilmu itu adalah ibadah, sebagaimana Nabi shollallahu 'alayhi wasallam bersabda di dalam hadits yang lain;
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allâh ‘Azza Wa Jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari Kiamat. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dalam Shahîh attarghib)".
Maka tuntutlah ilmu dengan ikhlas karena Allah 'Azza wa Jalla. Dan hendaknya kita bersemangat dalam menuntut ilmu, karena para ulama pun mengatakan; "Sebaik-baik amalan sunnah adalah menuntut ilmu."
Yakni sebaik-baik amalan setelah amalan yang wajib adalah menuntut ilmu, ini berlaku pada ilmu yang bersifat sunnah. Adapun menuntut ilmu yang wajib, maka derajatnya sama seperti amalan-amalan yang wajib.
Menuntut ilmu adalah sebaik-baik amalan sunnah dan pemimpin amalan sunnah. Maka hendaklah kita bersemangat, karena umat ini membutuhkan para penuntut ilmu yang mempelajari Tauhid, Sunnah, dan Fiqih, serta hadits yang shahih. Lalu mengajarkannya kepada manusia. Maka inilah wasiat para ulama untuk kita, agar senantia menjaga semangat dan niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu.
Sebagai penguat, kita juga perlu mengingat dan mendengar apa yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim Rahimahullah di dalam Shoidil Fawaa-id;
"Sesungguhnya surga tidak akan diraih kecuali melalui jembatan rasa capek, dan barang siapa yang memilih istirahat (di dunia), maka dia kehilangan istirahat (di akhirat).”
Maka penuntut ilmu haruslah bersemangat, harus memiliki tekad yang bulat, dan harus dimulai dengan keikhlasan sebelumnya. Kemudian mengamalkan ilmu tersebut. Jangan sampai kita seperti lilin yang menerangi orang lain, tapi membakar dirinya sendiri. Jadilah pelita yang menerangi diri dan semua yang ada di sekitarnya, dirinya terang dan menerangi yang lain.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya para generasi salaf dahulu menuntut ilmu untuk diri mereka terlebih dahulu, kemudian barulah mereka menyampaikan ilmu itu kepada manusia. Maka mari kita mengamalkan ilmu ini dan bersemangatlah! Semoga Allah senantiasa membimbing kita, dikarenakan menuntut ilmu di zaman ini memiliki derajat yang sangat tinggi sekali, karena kita sedang berada di zaman yang banyak fitnahnya.
Kita hidup di zaman di mana fitnah syahwat dan fitnah syubhat merajalela. Ketika manusia melihat orang yang mulai berhijrah, berjalan menuju majelis-majelis ilmu agama, menyekolahkan anak di pesantren atau ma'had-ma'had, mereka beranggapan orang-orang yang demikian tidak lagi memiliki masa depan. Maka perlu hadits Nabi shollallahu 'alayhi wasallam kami sampaikan di sini:
العِبَادة في الهَرْج كهجرة إليَّ
"Beribadah pada zaman harj (fitnah), bagaikan hijrah kepadaku." (HR. Muslim)
Beribadah di zaman harj, yaitu zaman yang terjadi banyak pembunuhan. Maksudnya, zaman banyaknya fitnah. Ketika kita konsisten dalam ibadah di zaman fitnah, dan orang di sekitar memfitnah kita, maka pahala yang kita dapatkan seperti pahala hijrah kepada Rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam.
Kita tahu bersama, bahwa hijrah kepada Nabi shollallahu 'alayhi wasallam telah terputus setelah Fathu Makkah dan Nabi shollallahu 'alayhi wasallam telah meninggal dunia. Tapi kita yang hidup di zaman sekarang, bisa mendapatkan pahala hijrah kepada Nabi shollallahu 'alayhi wasallam dengan cara bersemangat dalam menuntut ilmu syar'i (agama). Terus beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla di zaman fitnah, maka pahala hijrah bersama Nabi shollallahu 'alayhi wasallam akan kita dapatkan.
Apabila kita sudah mengetahu hal ini, maka mari mulai kembali meluruskan niat. Menjaga semangat belajar dan ibadah, dengan cara memperdalam ilmu agama secara disiplin. Dengan demikian, in syaa Allah kita akan selamat dari fitnah akhir zaman. Wallahu a'lam.
- Dauroh Syaikh Sulaimah Arruhaily Hafizhahullah
- Islamweb.net
- saaid.net
- ahlalhdeeth.com
Komentar
Posting Komentar