Langsung ke konten utama

Kenapa Petunjuk Al-Qur’an Gak Berlaku Buat Semua Muslim?

Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat ke-2, Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Baqarah: 2)

Coba renungkan deh, kenapa Allah gak bilang "petunjuk bagi orang-orang Islam" (لِلْمُسْلِمِينَ)?

Padahal kan semua Muslim baca Al-Qur’an. Tapi ternyata, gak semua Muslim itu dapat petunjuk dari Al-Qur’an secara utuh. Karena Islam itu bertingkat—ada yang masih sekadar Muslim, dan ada yang sudah naik kelas menjadi muttaqin (orang yang bertakwa). Nah, petunjuk dalam Al-Qur’an ini paling “nempel” ke mereka yang berada di level muttaqin ini.

1. Muslim yang masih berkubang dalam dosa besar

Mereka ini mungkin masih sholat, puasa, ngaku beriman, tapi juga masih main judi, berzina, percaya ramalan, atau hal-hal serupa. Mereka ambil sebagian isi Al-Qur’an, tapi juga mengabaikan sebagian lainnya. Allah ingatkan secara keras:

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَاءُ مَن يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

"Apakah kalian beriman kepada sebagian isi Kitab dan mengingkari sebagian yang lain? Maka tiadalah balasan bagi siapa yang berbuat demikian di antara kalian selain kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 85)

Gak heran kalau hidayah dari Al-Qur’an pun tidak turun secara utuh kepada mereka.

2. Muslim yang suka meremehkan dosa kecil

Mereka ini mungkin gak jatuh ke dosa besar, tapi menganggap enteng dosa-dosa yang kecil. Padahal, kalau dosa kecil dilakukan terus-menerus tanpa taubat, dampaknya bisa jadi sama parahnya. Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam  pernah mengingatkan hal ini kepada Aisyah:

عن عائشة رضي اللّه عنها، قالت: قال رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم: يَا عَائِشَةُ، إِيَّاكِ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ طَالِبًا

"Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah bersabda, 'Wahai Aisyah, jauhilah dosa-dosa yang diremehkan, karena sesungguhnya dosa-dosa itu akan dituntut oleh Allah.'"
(HR. Ahmad, hadits hasan)

Serem ya? Yang kelihatan kecil di mata manusia, belum tentu kecil di sisi Allah.

3. Orang-orang yang bertakwa

Nah, ini dia golongan yang benar-benar dapat petunjuk dari Al-Qur’an. Mereka bukan cuma Muslim biasa, tapi benar-benar menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka berusaha menjalankan semua perintah, meninggalkan semua larangan, dan menjaga akidah dari penyimpangan—termasuk tidak menyamakan Allah dengan makhluk.

Orang-orang seperti inilah yang disebut المتقين—yang senantiasa membersihkan hatinya dari syahwat dan syubhat, ibadahnya tulus (ikhlas), dan pikirannya fokus mencari ridha Allah.

So, Apa Kesimpulannya?

Kalau kita ingin dapat hidayah yang utuh dari Al-Qur’an, yuk sama-sama naikkan level kita dari sekadar Muslim menjadi muttaqin. Mulai dari memperbaiki dosa, berhenti meremehkan yang kecil, dan serius belajar isi Al-Qur’an.

Semoga Allah mudahkan kita untuk jadi bagian dari الْمُتَّقِينَ.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Puasa Tathowwu'

Setelah sebulan penuh kita menjalani puasa di bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam juga memberi contoh untuk melakukan puasa tathawwu’ . Ini bukan nama sebuah amaliyah baru, melainkan nama lain dari puasa sunnah. Tujuan dari puasa ini adalah dalam rangka muqarrabah , yakni mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apa saja bentuknya, kapan saja waktunya, serta apa keutamaannya? In syaa Allah penjelasannya sebagai berikut: 1. Puasa 6 hari di bulan Syawal Abu Ayyub Al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ "Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa." (HR. Muslim) 2. Puasa Senin dan Kamis Abu Qatadah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam ditanya mengenai puasa pada hari Senin. Beliau men...

Khutbah Idul Fitri 1441 H: ”Mengambil Hikmah di Tengah Musibah dan Wabah Corona”

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ Jama’ah kaum muslimin rahimahi wa rahimakumullah… Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah jalla wa ‘ala atas segala limpahan karunianya sehingga kita mampu menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan tahun ini, dan hari ini kita dipertemukan kembali kepada hari raya idul fitri. Tentunya kita berharap bahwa puasa Ramadhan kita diter...

Labelnya Salafi, Mentalnya Bani Israil

Secara lughawy (bahasa)   istilah hizbi berasal dari kata Arab "ḥizb" ( حزب ) yang berarti kelompok atau golongan. Adapun secara isthilahiy  (syar'i), hizbi mengacu pada seseorang yang membangun loyalitas dan permusuhan atas dasar kelompok-golongan, bukan atas dasar kebenaran. Ia “mendewakan” tokohnya, membela kelompoknya secara membabi buta, dan menolak kebenaran bila datang dari luar afiliasinya. Fanatisme seperti inilah yang dikritik keras oleh para ulama salaf, termasuk Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, karena ia merupakan akar perpecahan umat dan warisan buruk dari kaum terdahulu yang telah Allah kecam dalam Al Qur’an. Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah memberikan peringatan yang sangat tajam terhadap fenomena fanatisme individu dan kelompok. Beliau berkata: مَنْ نَصَبَ شَخْصًا كَائِنًا مَنْ كَانَ، فَوَالَى وَعَادَى عَلَى مُوَافَقَتِهِ فِي الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ، فَهُوَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا "Barangsiapa yang mengangkat seseoran...