![]() |
pinterest.com (@tausiyahcinta_) |
-
Pertama, seorang hamba yang Allah anugerahkan harta dan ilmu, sehingga ia tahu apa hak-hak Allah atas karunia yang diberikan kepadanya tersebut, ia sambung silaturahim, ia bertakwa kepada Allah atas anugerah tersebut, maka orang ini adalah orang yang paling mulia.
-
Kedua, seorang hamba yang Allah berikan kepadanya ilmu, namun tidak diberi harta. Namun ia jujur dengan niat-niatnya, ia mengatakan: "Seandainya aku memiliki harta, pasti aku akan berbuat seperti orang (yang mulia) itu." Dengan niatnya itu, dia dan orang yang pertama memiliki pahala yang sama.
-
Ketiga, seseorang yang Allah berikan kepadanya harta namun tidak diberikan ilmu, sehingga ia berbuat serampangan dengan hartanya tersebut, tidak bertakwa kepada Rabb yang memberinya, tidak pula menyambung silaturahim, dan tidak tahu apa hak Allah atas hartanya tersebut, sehingga ia menjadi orang yang paling hina kedudukannya.
-
Keempat, seorang yang tidak diberi harta ataupun ilmu, sehingga ia berkata: "Seandainya aku memiliki harta, pasti aku akan melakukan seperti yang dilakukan orang (jenis ketiga) itu." Maka dua orang ini memiliki dosa yang sama." (HR. At-Tirmidzi no. 2325).
Perhatikanlah hadits ini, para pembaca sekalian, betapa niat memiliki pengaruh dalam berbagai hal. Yang pertama, ia meniatkan kebaikan dan mengamalkannya, maka ia adalah orang yang paling mulia berdasarkan persaksian Rasulullah Shollallahu 'alayhi wasallam di dalam hadits di atas. Dan yang kedua, seorang yang tidak memiliki harta tapi niatnya mulia, sehingga ia mengatakan: "Aku akan melakukan seperti yang dilakukan laki-laki mulia tersebut." Sehingga kedua orang itu, dengan niatnya, memiliki pahala yang sama.
Maksudnya, ia diberi pahala seperti seorang yang bersedekah di jalan Allah. Menurut pendapat terkuat yang dikemukakan oleh para ulama, walaupun yang benar-benar bersedekah memiliki kedudukan yang lebih tinggi darinya, dengan dalil sabda Nabi Muhammad Shollallahu 'alayhi wasallam: "Ini (orang pertama tadi) adalah orang yang paling mulia."
Adapun yang ketiga, seseorang yang diberi harta namun tidak diberi ilmu, kemudian ia berbuat serampangan dengan hartanya, tidak tahu mana yang halal maupun yang haram, tidak pula membangun hubungan silaturahim, tidak tahu apa saja hak Allah pada hartanya, sehingga menjadi orang yang paling hina. Dan yang keempat, seorang yang tidak diberi harta dan tidak diberi ilmu, akan tetapi niatnya busuk. Ia berkata: "Seandainya aku memiliki harta, aku akan melakukan seperti yang dilakukan oleh fulan (orang yang ketiga) itu." Maka dosa keduanya sama.
Maka ingatlah ini, para pembaca sekalian, sebuah kabar gembira dari Nabi Shollallahu 'alayhi wasallam untuk kita semua terkait hubungan niat dalam berbagai hal. Rasulullah Shollallahu 'alayhi wasallam bersabda:
مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ، وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُوْمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَغَلَبَهُ النَّوْمُ حَتَّى يُصْبِحَ، كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى، وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Siapa pun yang beranjak tidur dengan niatan seperti hadits di atas untuk bangun di akhir malam mendirikan sholat karena Allah, namun tidak terbangun karena dikalahkan oleh rasa kantuk hingga bergemanya adzan subuh, Allah Jalla Jalaaluh berikan kabar gembira untuk hamba yang mengalami hal demikian. Pertama, akan dituliskan untuknya sesuai dengan niatnya. Jika dia berniat untuk sholat 11 rakaat, maka dituliskan baginya pahala sholat 11 rakaat. Jika dia meniatkan sholat 7 rakaat, maka dituliskan baginya pahala sholat 7 rakaat.
Kemudian, mari kita perhatikan lawan dari ini semua. Nabi Shollallahu 'alayhi wasallam bersabda:
إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِى النَّارِ » فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ « إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ
Dua pedang berhadap-hadapan, masing-masing ingin membunuh saudaranya, namun salah satu dari mereka mendahului yang lainnya, sehingga pembunuh berada di neraka karena telah membunuh saudaranya, dan si terbunuh juga di neraka karena ia tadinya juga bersemangat (memiliki niat) untuk membunuh saudaranya, dan telah berusaha dan menghunuskan pedangnya untuk saudaranya tadi.
Demikianlah betapa pentingnya kita memperhatikan, menjaga, dan meluruskan niat, karena niat adalah kunci dari kualitas setiap amal di sisi Allah. Baarakallahu Fiikum.
30 November 2019
2 Rabi'ul Tsani 1441
Komentar
Posting Komentar